Perlukah Penyematan Variable Valve Untuk Motor <250cc?

Selamat siang brosis, kali ini KMblog akan membahas teknologi yang lagi happening di motor 150cc berkat Yamaha NMax dan R15 V3 yang belum lama dirilis, juga Vixion facelift yang digadang-gadang akan menggunakan teknologi ini, yaitu Variable Valve Timing / Actuation.

sztpx4iynj4h66hbcfn8

R15V3  (source: yamaha-motor.co.id)

valve/katup/klep sendiri adalah part yang berfungsi untuk mengatur jalur masuk (intake) dan keluar (exhaust) udara pada ruang pembakaran. timing terbuka/tertutupnya, durasi dan seberapa banyak terbukanya memiliki dampak yang signifikan pada performa mesin.
Nah pada mesin tanpa mekanisme variable valve durasi bukaan katup dan berapa lama klep terbuka/tertutup akan sama bagaimanapun kondisinya.
Nah variable valve ini sendiri adalah mekanisme katup yang berubah-rubah sesuai kondisi tertentu, baik secara elektronik ataupun mekanik biasa, yang menarik adalah setelan katup default itu akan sesuai untuk putaran mesin dengan rentang tertentu,  pada rpm rendah, menengah atau rpm tinggi. Artinya apa? ketika putaran mesin tidak berada pada kondisi tersebut, maka bukaan klep akan tidak sesuai dengan kebutuhan.
Permasalahan mesin dengan rpm tinggi biasanya putaran bawahnya kurang tenaga, karena setelan klep optimal untuk rpm tinggi.
Begitu juga pada mesin dengan rpm rendah/menengah, setelan katup optimal untuk rpm rendah/menengah, sehingga ketika rpm tinggi mesin seakan ngempos tidak bertenaga.

Disinilah variable valve menjadi solusi.
Dengan diterapkannya variable valve maka derajat/timing/durasi katup akan bervariasi, akan menyesuaikan dengan kondisi mesin. Efeknya apa? mesin akan selalu memiliki campuran udara+bahan bakar yang ideal pada setiap rentang rpm dan lebih hemat bahan bakar.

volvo_v8_430_vvt

Ilustrasi perbedaan torsi w/ and w/out VVT (volvo)

Sekarang yang jadi pertanyaannya adalah, “perlukah variable valve diterapkan di motor dengan kapasitas kecil (<250cc)?”.

menurut KMblog sendiri perlu, sekaligus ngga. kenapa? karena varible valve sendiri dikembangkan pada awalnya karena untuk kendaraan roda 4 (baca: mobil) yang notabene-nya memiliki bobot yang berat, diperlukan torsi besar pada putaran bawah agar kendaraan bisa bergerak maju dari diam atau saat menanjak. variable valve ini sendiri sangat membantu karena campuran udara+bahan bakar tetap optimal di rpm rendah sehingga kemampuan berakselerasi tetap terjaga.

Sekarang gimana nih kalau untuk motor yang memiliki bobot lebih ringan?
memang motor jauh lebih ringan dibanding mobil, tapi tunggu dulu, power dan torsinya lebih kecil sob. Sehingga KMblog rasa disini perlu untuk mengakali kendaraan dalam kemampuan berakselerasi.
Ngga perlunya kenapa? untuk mesin dengan kapasitas kecil perbedaannya tidak akan terlalu mencolok.

kalau untuk kendaraan bermotor, Imho penyematan vva sendiri bukan hanya sekedar untuk mengakali campuran bahan bakar, tapi juga untuk mengakali karakteristik dari konfigurasi mesin.
Pada mesin Yamaha R15v3, engineer Yamaha memilih untuk menyematkan VVA (variable valve actuation) untuk mengakali kekurangan mesin SOHC yang lemah pada putaran atas. Contoh lain pada mesin Honda CBR150 (k45g), Honda mengakali lemahnya torsi dan power pada putaran bawah mesin DOHC dengan membuat near-square-engine sehingga pada rpm bawah torsinya ada, tapi pada rpm tinggi powernya juga dapet. Kedua cara tersebut sama-sama bisa menutupi kekurangan dari karakteristik dari model konfigurasi mesin (SOHC yang keteteran pada rpm tinggi dan DOHC yang lemah di rpm rendah).
Contoh lain adalah mesin dengan platform DOHC multi-silinder 250cc.
Mesin ini termasuk buruk untuk akselerasi pada rpm rendah, kondisi ini diperparah dengan momentum naik turun piston yang saling berlawanan.
Pada mesin Honda lemahnya power pada putaran bawah ditutup engine mapping melalui riding modenya (sport+) pada CBR250RR.
Kawasaki juga terlihat akan menggunakan metode yang sama dengan menggunakan TBW (throttle-by-wire) + Riding Mode.
Yamaha sendiri sepertinya belum tertarik untuk menerapkan TBW + riding mode.
Logis menurut KMblog untuk Yamaha menyematkan variable valve untuk R25 gen 2 nantinya karena Yamaha memiliki basis yang kuat dari desain VVA nya.

Tentunya setiap engineer pabrikan memiliki caranya masing-masing dalam mengakali kekurangan tersebut.
So perlukah penyematan variable valve pada motor <250cc? Kalau KMblog bilang sih perlu-perlu aja, toh masih terjangkau kok.
Gimana menurut brosis?

2 pemikiran pada “Perlukah Penyematan Variable Valve Untuk Motor <250cc?

Tinggalkan komentar